Jumat, 27 Januari 2012

percobaan isoterm adsorbsi


LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II
ISOTERM ADSORPSI


DISUSUN OLEH :

                                                NO.LAB                     : K-211-028-F
                                                                                      K-211-051-F
                                                                                      K-211-066-F
                                                NIM                            : 0903132806
                                                KELOMPOK             : X (SEPULUH)
                                                TGL PERCOBAAN  :11 DESEMBER 2011
                                                ASISTEN                   : ADE PRIYANTO, S.Si


LABORATORIUM KIMIA FISIKA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMA
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2011
ISOTERM ADSORPSI

Abstrak:
            Adsorption is a symptom of clotting molecules of substance on the surface of another substance, as a result of unsaturation forces on the surface of the substance. Adsorption isotherms show a relationship between the phase distribution of the adsorbent adsorbed on the adsorbent surface with bulk phase equilibria at a given temperature.
            Adsorption process is influenced by several factors including: type of adsorbent, adsorbate species, the surface area of adsorbent, the solute concentration and temperature. Freundlich isotherm based on the assumption that an adsorbent having a heteregenous surface and each molecules has the potential of the different absorption.
I. Tujuan
            Menentukan isoterm adsorpsi menurut Freundlich.
II. Latar Belakang Teori
            Adsorbsi adalah gejala pengumpulan molekul-molekul suatu zat pada permukaan zat lain, sebagai akibat dari ketidakjenuhan gaya-gaya pada permukaaan zat tersebut. Proses adsorpsi dalam larutan, jumlah zat teradsorpsi tergantung pada beberapa faktor, yaitu :
a. Jenis adsorben
b.Jenis adsorbat
c. Luas permukaan adsorben
d. Konsentrasi zat terlarut
e. Temperatur
            Bagi suatu sistem adsorbsi tertentu, hubungan antara banyaknya zat yang teradsorpsi persatuan luas atau persatuan berat adsorben dengan konsentrasi yang teradsorpsi pada temperatur tertentu disebut dengan isoterm adsorbsi ini dinyatakan sebagai:
                                                x/m = k. Cn ..............................................................................(1)
dalam hal ini :
            x = jumlah zat teradsorbsi (gram)
            m = jumlah adsorben (gram)
            C = konsentrasi zat terlarut dalam larutan, setelah tercapai kesetimbangan adsorpsi
 k dan n = tetapan
maka persamaan (1) menjadi :
                        log x/m = log k + n log c................................................................................(2)
persamaan ini mengungkapkan bahwa bila suatu proses adsorbsi menuruti isoterm Freundlich, maka aluran log x/m terhadap log C akan merupakan garis lurus. Dari garis dapat dievaluasi tetapan k dan n (Tim Labor Kimia Fisika,2011).
            Isoterm adsorbsi adalah hubungan yang menunjukkan distribusi adsorben antara fase teradsorbsi pada permukaan adsorben dengan fase ruah kesetimbangan pada temperatur tertentu. Ada tiga jenis hubungan matematik yang umumnya digunakan untuk menjelaskan isoterm adsorbsi (anonim,2008).
1. Isoterm Langmuir
Isoterm ini berdasar asumsi bahwa :
a. Adsorben mempunyai permukaan yang homogen dan hanyadapat mengadsorbsi satu molekul untuk setiap molekul adsorbennya. Tidak ada interaksi antara molekul-molekul yang terserap.
b. Semua proses adsorbsi dilakukan dengan mekanisme yang sama.
c. Hanya terbentuk satu lapisan tunggal saat adsorbsi maksimum.
                        Namun, biasanya asumsi-asumsi sulit diterapkan karena hal-hal berikut : selalu ada ketidaksempurnaan pada permukaan, molekul teradsorbsi tidak inert dan mekanisme adsorbsi pada molekul pertama asangat berbeda dengan mekanisme pada molekul terakhir yang teradsorpsi.
            Langmuir mengemukakan bahwa mekanisme adsorpsi yang terjadi adalah sebagai berikut : A(g) + S    AS, dimana A adalah molekul gas dan s adalah permukaan adsorpsi (anonim,2008).
            Salah satu kelemahan dari isoterm Freundlich adalah bahwa ia gagal pada tekanan tiggi gas. Irving langmuir pada 1916 berasal isoterm adsorbsi sederhana pada pertimbangan teoritis berdasarkan teori kinetika gas. Ini disebut sebagai adsorpsi isoterm Langmuir (anonim,2010).
2. Isoterm Branauer, Emmet and Teller (BET)
            Isoterm ini berdasar asumsi bahwa adsorben mempunyai nilai permukaan yang homogen. Perbedaan isoterm ini dengan Langmuir adalah BET berasumsi bahwa molekul-molekul adsorbat bisa membentuk lebih dari satu lapisan adsorbat dipermukaannya. Pada isoterm ini, mekanisme adsopsi untuk setiap proses adsorpsi berbeda-beda. Mekanisme yang diajukan dalam isoterm ini adalah :
Isoterm Langmuir biasanya lebih baik apabila diterapkan untuk adsorpsi kimia, sedangkan isoterm BET akan lebih baik daripada isoterm Langmuir bila diterapkan untuk adsorpsi fisik (anonim,2008).
3. Isoterm Freundlich
            Untuk rentang konsentrasi yang kecil dan campuran yang cair, isoterm adsorpsi dapat digambarkan dengan persamaan empirik yang dikemukakan oleh Freundlich. Isoterm ini berdasarkan asumsi bahwa adsorben mempunyai permukaan yang heterogen dan tiap molekul mempunyai potensi penyerapan yang berbeda-beda. Persamaan ini merupakan persamaan yang paling banyak digunakan saat ini. Persamaannya adalah :
                            x/m = k C 1/n
dimana:
x = banyaknya zat terlarut yng teradsorpsi (mg)
m = massa adsorben (mg)
C = konsentrasi adsorben yang sama
k,n = konstanta adsorben
            Dari persamaan tersebut, jika konsentrasi larutan dalam kesetimbangan diplot sebagai ordinat dan konsentrasi adsorbat dalam adsorben sebagai absis pada koordinat logaritmik, akan diperoleh gradien n dan intersept. Dari isoterm ini, akan diketahui kapasitas adsorben dalam menyerap air. Isoterm ini akan digunakan dalam penelitian yang akan dilakukan, karena dengan isoterm ini dapat ditentukan efisisensi dari suatu adsorben (anonim,2008).
III. Alat dan Bahan
a. Alat-alat yang digunakan:
1. Beaker gelas 50 mL            4 buah                         9. Corong                                1 buah
2. Gelas ukur 25 mL               3 buah                         10.Labu takar 250 mL                        1 buah
3. Gelas ukur 5 mL                 3 buah                         11. Labu takar 100 mL           2 buah
4. Erlenmeyer 50 mL              4 buah                         12. Botol semprot                   1 buah
5. Erlenmeyer 50 mL              4 buah                         13. Batang pengaduk              1 buah
6. Pipet tetes                           5 buah                         14. Spatula                              1 buah
7. Buret 50 mL                        1 buah                         15. Gelas ukur 10 mL             1 buah
8. Statip                                   1 buah
b. Bahan-bahan yang digunakan:
1. Asam klorida(HCl)
2. Asam asetat (CH3COOH)
3. Natrium Hidroksida (NaOH)
4. Indikator Phenolptalin (pp)
5. Arang aktif
Rounded Rectangle: Sebanyak 4 buah beaker  gelas 50 mL dimasukkan masing-masing kedalam beaker tersebut 0,5 gram arang  aktifIV. Skema Kerja



 
















V. Hasil Pengamatan
No.
Campuran
Pengamatan
1.
Arang aktif 0,5 gr + 10 mL CH3COOH 0,125 N
Terbentuk 2 lapisan:
Lapisan atas : arang
Lapisan bawah : CH3COOH
2.
Arang aktif 0,5 gr + 10 mL CH3COOH 0,05 N
Terbentuk 2 lapisan:
Lapisan atas : arang
Lapisan bawah : CH3COOH
3.
Arang aktif 0,5 gr + 10 mL CH3COOH 0,1 N
Terbentuk 2 lapisan:
Lapisan atas : arang
Lapisan bawah : CH3COOH
4.
Arang aktif 0,5 gr + 10 mL CH3COOH 0,01 N
Terbentuk 2 lapisan:
Lapisan atas : arang
Lapisan bawah : CH3COOH

No.
Campuran
Pengguncangan I
Pengguncangan II
1.
Arang aktif 0,5 gr + 10 mL CH3COOH 0,125 N
Tercampur sebentar, lalu terpisah lagi
Tercampur sebentar, lalu terpisah lagi
2.
Arang aktif 0,5 gr + 10 mL CH3COOH 0,05 N
Tercampur sebentar, lalu terpisah lagi
Tercampur sebentar, lalu terpisah lagi
3.
Arang aktif 0,5 gr + 10 mL CH3COOH 0,1 N
Tercampur sebentar, lalu terpisah lagi
Tercampur sebentar, lalu terpisah lagi
4.
Arang aktif 0,5 gr + 10 mL CH3COOH 0,01 N
Tercampur sebentar, lalu terpisah lagi
Tercampur sebentar, lalu terpisah lagi

Konsentrasi CH3COOH
Volume NaOH
0,125 N
3,8 mL
0,05 N
1,6 mL
0,1 N
3,6 mL
0,01 N
0,5 mL

VI. Perhitungan
1. Pengenceran CH3COOH 1 N dalam 100 mL menjadi :
a. CH3COOH 0,125 N
            V1N1              =          V2N2
            V1.1M             = 100 mL. 0,125 N
            V1.M               = 12,5 mL. N
                V1               = 12,5 mL
b. CH3COOH 0,05 N
            V1N1                =          V2N2
            V1.1M             = 100 mL. 0,05 N
            V1.M               = 5 mL. N
                V1                = 5 mL
c. CH3COOH 0,1 N
            V1N1                =          V2N2
            V1.1M             = 100 mL. 0,1 N
            V1.M               = 10 mL. N
                V1                = 10 mL
c. CH3COOH 0,1 N
            V1N1                =          V2N2
            V1.1M             = 100 mL. 0,1 N
            V1.M               = 10 mL. N
                V1                = 10 mL
c. CH3COOH 0,1 N
            V1N1                =          V2N2
            V1.1M             = 100 mL. 0,1 N
            V1.M               = 10 mL. N
                V1                = 10 mL
d. CH3COOH 0,01 N
            V1N1                =          V2N2
            V1.1M             = 100 mL. 0,01 N
            V1.M               = 1mL. N
                V1                = 1 mL
2.        V1N1     =  V2N2
a. CH3COOH 0,125 N
            5 mL . N1 = 3,8 mL . 0,125 N
                        5 N1 = 0,475 N
                           N1 = 0,095 N
b. CH3COOH 0,05 N
            5 mL . N1 = 1,6 mL . 0,05 N
                        5 N1 = 0,08 N
                           N1 = 0,016 N
c. CH3COOH 0,1 N
            5 mL . N1 = 3,6 mL . 0,1 N
                        5 N1 = 0,36 N
                           N1 = 0,072 N
d. CH3COOH 0,01 N
            5 mL . N1 = 0,5 mL . 0,01 N
                        5 N1 = 0,005 N
                           N1 = 0,001 N
3.  X =  W awal – W akhir
a. CH3COOH 0,125 N
Wawal    = N.V. Be                      Wakhir = N.V.Be                                 X= 0,075 gr – 0,057 gr
            = 0,125 N.0,01 L. 60                = 0,095 N.0,01 L. 60                            = 0,018 gr
            = 0,075 gr                                  = 0,057 gr
b. CH3COOH 0,05 N
Wawal    = N.V. Be                      Wakhir = N.V.Be                                X= 0,03 gr – 0,0096 gr
            = 0,05 N.0,01 L. 60                  = 0,016 N.0,01 L. 60                           = 0,0096 gr
            = 0,03 gr                                    = 0,0096 gr
c. CH3COOH 0,1 N
Wawal    = N.V. Be                      Wakhir = N.V.Be                                X= 0,06gr – 0,0432 gr
            = 0,1 N.0,01 L. 60                    = 0,072 N.0,01 L. 60                           = 0,0168 gr
            = 0,06 gr                                    = 0,0432gr
d. CH3COOH 0,01 N
Wawal    = N.V. Be                      Wakhir = N.V.Be                                X= 0,006gr – 0,0006 gr
            = 0,01 N.0,01 L. 60                  = 0,001 N.0,01 L. 60                           = 0,0054 gr
            = 0,006 gr                                  = 0,0006 gr
4. x/m (gram)
a. CH3COOH 0,125 N                                                                        b. CH3COOH 0,05 N
   x/m = 0,018 gr/0,5 gr                                                               x/m = 0,0204 gr/0,5 gr
          = 0,036 gr                                                                                 = 0,0408 gr

c. CH3COOH 0,1 N                                                                d. CH3COOH 0,01 N
    x/m = 0,0168 gr/0,5 gr                                                            x/m = 0,0054 gr/0,5 gr
= 0,0336 gr                                                                              = 0,0108 gr

5. log x/m
a. CH3COOH 0,125 N                                                                        b. CH3COOH 0,05 N
    log 0,036 = -1,443                                                                   log 0,0408 = -1,389
c. CH3COOH 0,1 N                                                                d. CH3COOH 0,01 N
    log 0,0336 = -1,473                                                                 log 0,0108 = -1,966
6. log C
a. CH3COOH 0,125 N                                                                        b. CH3COOH 0,05 N
    log 0,095 = -1,022                                                                   log 0,16 = -1,795
c. CH3COOH 0,1 N                                                                d. CH3COOH 0,01 N
    log 0,072 = -1,142                                                                   log 0,001 = -3




7. Tabel
No.
m (gram)
Konsentrasi
awal
Konsentrasi
akhir
X (gram)
x/m (gram)
Log x/m
Log C
1.
0,5
0,125 N
0,095 N
0,018
0,036
-1,443
-1,022
2.
0,5
0,05 N
0,016 N
0,0204
0,0408
-1,389
-1,795
3.
0,5
0,1 N
0,072 N
0,0168
0,0336
-0,473
-1,142
4.
0,5
0,01 N
0,001 N
0,0054
0,0108
-1,996
-3







8. Grafik x/m Vs C
           
9. Grafik log x/m Vs C







10. log x/m = log k + n log C
-1,443 = log k + -2,589 (-1,022)
-1,443 = log k + 2,638
Log k = 1,443 + 2,638
Log k = 4,081
       k = 12.050, 35

log x/m = log k + n log C
-1,389   = log k + -2,5819 (-1,795)
-1,389   = log k + 4,6345
Log k    = 6,023
       k   = 1.054.386,89
log x/m = log k + n log C
-0,473  = log k + -2,5819 (-1,142)
-0,473  = log k + 2,948
Log k   = 0,473 + 2,948
       k   = 2.636,331
log x/m = log k + n log C
-1,996   = log k + -2,5819 (-3)
-1,996   = log k + 7,7457
Log k    = 1,996 +7,7457
 Log k   = 9,7417
        k  = 5.516.962,09             

VII. Pembahasan
            Adsorbsi adalah pengumpulan zat terlarut dipermukaan media dan merupakan jenis adhesi yang terjadi pada zat padat atau cair yang kontak dengan zat-zat lainnya. Salah satu adsorben yang biasa diterapkan dalam pengolahan air minum adalah karbon aktif arang ini digunakan untuk menghilangkan bau, warna dan rasa air termasuk logam-logam ion berat. Dalam percobaan ini menggunakan karbon aktif sebagai adsorben, asam asetat dengan berbagai konsentrasi sebagai adsorbat serta larutan NaOH 0,05 N sebagai larutan standar. Larutan asam asetat yang telah dibuat dalam berbagai konsentrasi dimasukkan arang aktif dan didiamkan selama 30 menit. Peristiwa adsorpsi yang terjadi bersifat selektif dan spesifik dimana asam asetat lebih mudah teradsorbsi dari pelarut (air), karena arang aktif (karbon) hanya mampu mengadsorpsi senyawa-senyawa organik.
            Perubahan konsentrasi asam asetat sebelum dan sesudah adsorpsi dapat diketahui dengan cara mentitrasi filtrat yang mengandung asam asetat dengan larutan standar NaOH 0,05 N. Konsentrasi awal asam asetat mempengaruhi volume titrasi yang digunakan. Semakin besar konsentrasinyanya semakin banyak larutan NaOH yang digunakan. Hal ini disebabkan karena semakin besar konsentrasi, letak antara molekulnya semakin berdekatan sehingga susah untuk mencapai titik ekivalen pada saat proses titrasi.

VIII. Pertanyaan dan Jawaban
1. Sebutkan pembagian absorbsi dan pada percobaan ini termasuk jenis adsorpsi apa? Jelaskan!
Jawab:
Adsorpsi terbagi atas 2, yaitu :
a. adsorpsi secara kimia : merupakan adsorpsi menggunakan senyawa kimia
b. adsorpsi secara fisika : adsorpsi dengan menggunakan sifat fisika
pada percobaan termasuk ke dalam adsorpsi secara fisika dikarenakan ikatan yang terlibat dalam adsorpsi ini yaitu ikatan yang lemah yang merupakan ikatan van der waals dan melalui panas reaksi yang rendah.

2. Apakah sebenarnya yang terjadi pada pengaktifan arang dengan pemanasan?
Jawab :
Pengaktifan arang dengan metoda pemanasan merupakan metoda aktifasi fisika yang merupakan terjadinya proses pemutusan rantai karbon dari senyawa organik dengan bantuan panas, uap dan karbon dioksida.
3. Bagaimana isoterm adsorpsi Freundlich untuk adsorpsi gas pada permukaan zat padat? Dan apa batasnya?
Jawab :
Isoterm Freundlich berlaku untuk gas yang bertekanan rendah, semua tempat di atas permukaannya tidak sama dan lapisan molekul gas padat, zat apadat bersifat multilayer dengan persamaan :
                        V + k p 1/n                                
dalam hal ini :
v = gas yang teradsoi pada setiap suhu, satuan massa adsorpsi pada tekanan gas
k,n = konstanta dengan n > 1
p = tekanan gas yang teradsorpsi
batasannya adalah kelarutan harus ideal. Nilai batasannya adalah Vm, yaitu volume gas yang diserap ( 0 C, 76 mmHg). Vm tidak akan dicapai walaupun tekanan gas yang dibutuhkan untuk menutupi satuan-satuan massa adsorben.
4. Mengapa isoterm Freundlich untuk adsorpsi gas pada permukaan zat padat kurang memuaskan dibandingkan dengan isoterm adsopsi Langmuir?
Jawab :
Isoterm Freundlich untuk adsorpsi gas permukaan zat padat kurang memuaskan karena nilai Vm tidak akab dicapai walaupun tekannaya diperbesar. Sedangkan pada isoterm Langmuir mengemukakan asumsi yang lebih baik.

IX. Kesimpulan
1. Dalam pengenceran semakin besar konsentrasi yang diinginkan semakin besar pula volume yang diperlukan untuk pengenceran.
2. warna yang dihasilkan pada proses titrasi adalah kuning keruh menjadi merah jambu.
3. Titrasi menggunakan larutan standar NaOH 0,05 N dengan indikator pp
4. Ketika arang dicampurkan asam asetat dengan berbagai konsentrasi, arang menimbulkan perilaku yang sama.
5. Arang dapat dilakukan aktifasi dengan aktif karbon bahan-bahan kimia.
6. Arang dapat berfungsi sebagai adsorbsi.

X. Daftar Pustaka
Anonim.2008. Isoterm Adsorpsi. http://smk3ae.wordpress.com (diakses pada tanggal 08 Desember 2011)
Anonim.2010. Adsorpsi Isoterm. http://transtutor.com (diakses pada tanggal 08 Desember 2011)
Tim Labor Kimia Fisika.2011. Penuntun Praktikum Kimia Fisika II. FMIPA-UR, Pekanbaru.